Semuanya tidak dapat aku jelaskan dan tidak dapat aku ketikan, entah apa dan mengapa, mungkin karena aku bukanlah seorang penulis maupun pemikir cerdas, hanya seseorang biasa yang akan menjadi hal yang luar biasa karena ak mencintaimu dan cinta itu akan selalu indah (klasik tapi masih indah ditulis)
Pertengkaran kita siang tadi hampir saja membuat semuanya ragu, karena aku tidak mau mencintai dengan sesuatu yang tidak pernah sungguh-sungguh (kembali klasik dan mengiba). Aku tidak akan menuliskan sesuatu yang akan membuatmu bingung, akan aku buat kata-kata ini sesuai kemampuanku saat ini, tidak rumit dan tidak tinggi, bahkan aku sendiri tidak tau bagaimana bahasa yang tinggi, karena memang aku sendiri tidak bisa (dan itu nyatanya). Dan tidak perlu membahas dan mengulas maslah siang tadi, akupun sudah mulai melupakannya.
Sedikit bercerita tentang kita, tentang masa-masa awal kita dekat, saat kita mulai saling menganal dan saling ingin tau satu sama lain. Entah tanggal berapa dan hari apa aku yang seorang mahasiswa di perguruan tinggi swasta dibanten mulai mengenal dan terus ingin tau tentangmu. Seingat daya ingatanku yang katamu terbatas karena kemampuan IQ ku dibawah rata-rata, waktu itu kita dipertemukan dalam sebuah kotak obrolan kecil, kotak berwarna putih dangan header putih yang tidak lain adalah kotak obrolan chatting dijejaraing sosial yang berwujud facebook. Aneh Memang, kembali saya lupa dan entah siapa yang pertama menyapa, yang jelas semuanya masuk dalam sebuah koridor tulisan-tulisan kecil dengan sedikit mencampuri kode chatting.
Sejenak aku pause cerita ini, karena pada bait ini tiba-tiba hujan turun, ingatanku pun kuat tertuju ke banda aceh sana, tepatnya di daerah lamnga (buta, gelap, bahkan membayangkan saja aku tak sanggu dimana itu), tampat saat ini ia bermimpi, tempat ia mencintai hujan-hujanya, yang tak mungkin dapat ia hitung ada berapa jumlah hujan yang turun waktu itu (mungkin karena datangnya hujan keroyokan dan tidak satu-satu). “Wahai fari hanum, inilah malam hujan yang menyapu tanah sumatera, yang mengguyur tanah ujung sumatera, dimana cintamu berada sekarang”, mungkin jumlah rintik hujan yang menelanjangi permadani rumput lampung ini banyak sekali, mungkin 100, 1000 atau bahkan sejuta sampai lebih, sampai aku tidak dapat menghitungnya dan tidak akan pernah bisa, seperti rasa sayang dan cinta ini. Sama halnya denganmu waktu itu, aku ingin kau ada disini, aku ingin kau dekap dan menghangatkan perasaan ini yang ikut telanjang dan dingin tanpa pelindung dan sedikit lentera, itu semua karena aku rindu, ya tepat sekali, itu karena aku rindu. Dan itulah suasana malam ini.
Kita lanjutkan kembali, lama sekali kita berputar dalam sebuah kotak itu, benar-benar lupa apa saja yang kita ketik dalam barisan hasil karya Qwerty itu, satu yang sampai sekarang masih aku ingat jelas. Kamu masih ingat ketika pertama aku meminta nomor As mu dulu? Beginii isi chatting waktu itu.
Aku :: “hey, punya obeng ga” (gombal mulai melapisi)
Kamu :: “obeng? Buat apa bapak?” (itu sapaan pertama akrab pertama kali)
Aku :: “punya ga” (sedikit memaksa dalam usaha memastikan tidak punya)
Kamu :: “tidak punya” (agak sedikit sinis dan ketus)
Aku :: “tapi nomor HP punya donk” (aslinya mulai keluar)
Kamu :: “kenapa ga bilang dari tadi si bapak, ga pake tanya obeng s’gala, punya emang kenapa?” (itu kamu pura-pura tidak tau apa memastikan niatku?)
Aku :: “Boleh bagi ga”
Kamu :: “Nomornya Cuma satu pak, kalo dibagi saaiiaa nya pake apa?” (sedikit bego seh, tapi ga tau juga mungkin emang beneran)
Aku :: “kalo ga mau bagi, boleh dong di share nomornya?” (bahasa yang tepat dan tidak akan mungkin kamu ngeles lagi)
Kamu :: “okey bolah deh, ini 085260484852” (hatimu pun luluh)
Beranjak dari As itulah bait kata menjadi rangkaian pesan singkat, berawal dari pesan singkat dengan ucapan salam semuanya dimulai. Satu hari balas membalas pesan, tunggu menunggu pesan berlalu, agak sedikit penasaran dengan suaramu seperti apa. Inilah pertama kalinya aku membeli Telkomsel yang selama ini menjadi musuh andalah kartuku, kadang-kadang kisah FTV sedikit terkuak jadi nyata bahwa musuh kita bisa jadi jodoh kita, dan sekarang aku mulai akrab dengan As ku.
Kisah Nokia E63 Black Style dengan Qwerty mode Symbian Version itu mulai mencaboa menerobos gerbang C3 Java version S40 yang ketat. Aku tekan tombol contact nokia E63 ku dan ku ketik Cieqie, Searching mode pun mulai dan menemukan satu contact dengan nama Cieqienumm, tidak berpikir panjang jempolku langsung menekan tombol hijau dan tidak lama kemudian bunyi “tuuuuuuth...” nyaring terbawa angin tanah banten pun mulai mengisi ruang telingaku.
Seperti biasa “Assalamu’alaikum” mengawali semuanya sebagai ciri khas islami, “Walaikumsalam” jawaban khas dan nada pelan dan halus khas tanah rencong mulai terdengar dan obrolanpun mulai menyita waktu entah sampai berapa jam. Bercerita, berbagi pengalaman, menanyakan hal-hal baru daerah masing-masing seolah wartawan awam pengalaman. Dan hasil yang aku peroleh dari obrolan pertama kita adalah aku tahu bahwa Ikan Hiu bisa dimakan, ya baru pertama kali aku mendengar hal itu.
Tiga hari berlalu dengan jemari diatas keybord membalas chatting dari seorang Fari Hanum, kini saatnya saat itu tiba, waktu itu aku menawarkan panggilan akrab diantara kita, sapaan itu berupa Aa dan Ade, dia meng-Iya-kan itu dengan satu syarat, “Harus ada JeLeQ nya, jadi Aa JeLeQ”, tak apalah karena memang aku juga suka dengan sapaan itu. Tidak puas dengan chatting, aku mulai genit dengan sering menelfon dia tanpa bertanya sibuk atau ada perlu. Saaat itu waktu menunjukan pukul 21.00 Wib tepatnya tanggal 15 Maret 2012, dua jam sudah obrolan via hanphone berjalan. Tepat pukul 23.00 aku beranikan diri membuka dan mengungkapkan semua perasaanku kepadanya, perasaan sayang.
Aku :: “...........(intinya saja)....”
Aku :: “Jika semua itu ternyata rasa sayang gimana?”
Kamu :: “maksudnya”
Aku :: “iyaaa, jika Aa sayang kamu Ade? Jika Aa cinta Ade gimana?”
Kamu :: “gimana yah Aa? Kan kita baru kenal?”
Aku + kamu :: “.....(obrolan rumit).....”
Aku :: “sekarang begini saja, andaikan kita sedang jalan berdua dan Aa memberikan dua pilihan ke Ade gimana?”
Kamu :: “Pilihan apa Aa JeLeeeeQ”
Aku :: “dengarkan baik-baik, Lihat kedua tangan Aa, Jika rasa sayang Aa yang baru saja Aa ungkapkan mendapat balasan yang positif maka genggamlah tangan kanan Aa dan kita jalan terus bersama. Dan jika rasa sayang Aa ke Ade berbanding terbalik lurus maka genggamlah tangan kiri Aa dan kita jalan bersama sebagai ikatan persaudaraan. Jika ade ganggam tangan kanan Aa, mari kita jalani apa adanya secara bersama-sama”
Kamu :: “haddduuuh gimana yah? Bisa dikasih waktu buad mikir? *ding dong ding dong
Aku :: “Silahkan, semakin lama aku menunggu keputusan genggaman tanganmu, selama itu juga kau menyakitiku”
Kamu :: “Koq gitu Aa?”
Aku :: “yaaaa, memang seperti itu, karena menunggu itu tidak enak, apalagi menunggu hal seperti ini”
(akupun mulai menghitung jumlah menit waktu penantian itu sambil ngobrol kesana kemari)
Aku + kamu :: “......(dalam obrolan serius).....”
Aku :: “jadi gimana de?”
Kamu :: “Gimana apanya Aa?” (mulai lupa atau sengaja dilupakan?)
Aku :: “jawaban atas perasaanku, ade ganggam tangan Aa yang mana? Kanan atau kiri?”
Kamu :: “....... (sedikit lama berpikir *ding dong ding dong)
Kamu :: “Ade pilih tangan kanan Aa, menggenggam tangan kanan Aa dan kita jalan bersama”
Aku :: “Serius?” (sedikit memastikan bercampur bangga sebagai anak Bapak)
Kamu :: “Iya, Ade ganggam tangan Aa dan kita jalani semuanya bersama”
Aku :: “Jadi kita...?”
Kamu :: “jadi kita...?”
Aku :: “kita...?”
Kamu :: “Kita jadian dan pacaran”
Aku :: “Alhamdulillah, maksih yaah ade”
Kamu :: “Buat?”
Aku :: “Buat genggaman tangan kananmu dan rasa sayang ade”
Kamu :: “Iya Aa JeLeeeeeQ sama-sama”
Aku + kamu :: “....(bercerita ria dan bahagia tentunya)(siiihhhiiiiyyyy).....”
Aku :: “sebelum telfon ditutup, boleh minta sesuatu?” (ketika waktu obrolan sudah mulai akan berakhir)
Kamu :: “ Minta apa Aa? Jangan yang aneh-aneh yah?”
Aku :: “Katakan satu hal saja, yang bisa membuat Aa senang malam ini”
Kamu :: “apa yah?”
Aku :: “katakan apa saja”
Kamu :: “Ade Sayang Aa JeLeeeQ”
Aku :: “Makasih ya de”
Kamu :: “buaaaat”
Aku :: “semuanya”
Aku + kamu :: “.....saling berpamitan dan salam jawab salam).....”
E63 + C3 pun berakhir untuk malam ini, hati perasaan seorang mahasiswa fakultas Ilmu Komputer itupun seakan berada didaerah Serambi Mekah, segala macam bentuk perasaan bahagia ada disana, antah beranta.
Dan itu sedikit mengingat kembali masa pertama kali menginjak bahagia, masa awal kita kenal sampai dekat dan menjadi kita.
0 komentar
Posting Komentar